Senin, 26 Desember 2011


BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) SEDERHANA
A.      Pendahuluan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris Basic Life Support (BLS) merupakan pertolongan pertama yang diberikan  pada korban henti nafas dan atau henti jantung.  Sejarah  pelaksanaan BHD sudah dimulai sejak lama dengan berbagai metode. Metode-metode tersebut diantaranya   : Inversion method (1770), Russian method (1803), Troting horse method (1812), Howard method (1871),  francis method (1886), Prochownick method (1894)   dan Acklen method (1916).
Sejak 60 tahun yang lalu  BHD  modern diperkenalkan,  sampai  saat ini banyak perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran. Hal ini karena  banyak korban-korban henti napas dan atau  henti jantung yang telah terselamatkan tetapi produktivitasnya menurun bahkan tergantung kepada orang lain.  Untuk itu diperlukan teknik BHD yang tetap dapat memelihara produktivitas pasca bencana dan meminalkan cidera saat ditolong.
Moto: Kita jangan menjadi korban berikut.
B.      Indikasi Pemberian Bantuan Hidup Dasar
a.       Henti Nafas
Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti nafas dapat terjadi pada keadaan :
-                 Tenggelam
-                 Stoke
-                 Obstruksi jalan nafas akibat benda asing (choking)
-                 Epiglotitis
-                 Overdosis obat – obatan
-                 Tersengat listrik
-                 Infark miokard
b.      Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Bantuan Hidup Dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan :
1.      Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2.      Memberukan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui BHD.
C.      Survei Primer
Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C.
A.     Airway (jalan napas)
B.     Breathing (bantuan napas)
C.     Circulation (bantuan sirkulasi )

Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban gawat darurat, sebagai dasar untuk mengingat dibuat cantolan yaitu :DRS-ABC.
1.      Danger (D). Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong dan korban.
2.      Respone (R). Memastikan kesadarandari korban gawat darurat.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban gawat darurat, dapat dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/ Bu!!!/ Mas!!!/ Mbak!!!. Anda baik-baik saja ?
3.      Shout (S). Meminta pertolongan dan minta orang sekitar memanggil ambulan atau petugas atau rumah sakit terdekat. Kemudian kita melanjutkan memberikan pertolongan sampai bantuan datang.
4.      Airway (A). Cek jalan nafas, perhatikan jalan nafas, bila bebas atau tidak ada benda  asing lanjutkan dengan memberikan posisi nyaman dengan Head Tild Chin Lit.
a.       Pemeriksaan jalan nafas
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda asing. Mulut dapat dibuka dengan teknis cross finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
Membuka jalan nafas
Pembebasan jalan nafas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (head tild-chin lift) dan manuver pendorongan mandibula.

5.Breathing  (B). Memberikan bantuan nafas terdiri dari 2 tahap  yaitu :
a.    Memastikan korban tidak bernafas
Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban / korban, sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
b.    Memberikan bantuan nafas
Jika korban / korban tidak bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembusakan adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / korban terlihat mengembang.
Cara memberikan bantuan pernafasan :
·         Mulut ke Mulut
Bantuan pernafasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru – paru korban  gawat darurat.
                                                                 
·         Mulut ke Hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban.


·         Mulut ke Stoma
Bila korban mengalami kesulitan pernafasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
6.Circulation (C). Tahapan memberikan bantuan sirkulasi terdiri dari 2 tahapan yaitu  :
a.    Memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban gawat darurat
Ada tidaknya denyut jantung korban/korban dapat ditentukan dengan merapa arteri karotis di daerah leher korban/korban, dengan 2 atau 3 jari tangan (jari telunjuk dan jari tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira – kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5 – 10 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernafasan korbang dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernafasan korban / korban. Jika tidak bernafas lakukan bantuan pernafasan, dan jika bernafas pertahankan jalan nafas.

b.    Memberikan bantuan sirkulasi
Kompresi jantung luar dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
-          Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
-          Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
-          Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari – jari tangan menyentuh dinding dada korban / korban, jari – jaru tangan dapat diluruskan atau menyilang.
-          Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan  tenaha dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1,5 – 2 inci (3,8 – 5 cm)
-          Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi (50 % duty cycle)
-          Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
-          Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2, dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong jika korban / korban tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 x / menit (dilakukan 4 siklus per menit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
Selang waktu mulai dari menemukan korban dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.




D.      Melakukan BHD dengan 1 dan atau 2 Penolong
BHD 1 penolong dapat mengikuti urutan sebagai berikut :
  1. Penilaian korban
Tentukan kesadaran korban / korban (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan mantap), jika tidak sadar, maka
  1. Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi
  2. Jalan nafas (airway)
·         Posisikan korban / korban
·         Buka jalan nafas dengan manuver tengadah kepala – topang dagu
  1. Pernafasan (breathing)
Nilai pernafasan untuk melihat ada tidaknya pernafasan dan adekuat atau tidak pernafasan korban / korban.
·         Jika korban / korban dewasa tidak sadar dengan nafas spontan, serta tidak ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap (recovery position), dengan tetap menjaga jalan nafas tetap terbuka.
·         Jika korban / korban dewasa tidak sadar dan tidak bernafas, lakukan bantuan kompresi  nafas. Saat ini tidak diberikan 2 kali intial ventlation ( bantuan nafas pendahuluan), langsung melakukan kompresi.
Sirkulasi (circulation)
Periksa denyut nadi karotis. Bila tidak ada, langsung diberikan kompresi.
·         Jika ada tanda – tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi dada, hanya menilai pernafasan korban / korban (ada atau tidak ada pernafasan)
·         Jika tidak ada tanda – tanda sirkulasi, denyut nadi tidak ada lakukan kompresi dada :
o    Letakkan telapak tangan pada posisi benar
o    Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 x permenit
o    Buka jalan nafas dan berikan 2 kali bantuan pernafasan.
o    Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali kompresi 30 kali dengan kecepatan 100 x permenit
o    Lakukan 5 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali bantuan pernafasan)
Penilaian Ulang
Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi kembali dengan langkah-langkah :
·         Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30 : 2
·         Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap. Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak  12 kali / menit dan monitor nadi setiap saat.
·         Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar nafas tetap terbuka kemudian korban / korban ditidurkan pada posisi sisi mantap atau recovery position.

DAFTAR PUSTAKA

Advanced Trauma Life Support, 7th edition, American College of Surgeon, 2004

An International  Concensus Sciene The American Heart Association in Collaboration with the International Liasion Committee on Resuscitatio (ILCOR), 2010.

Americans College of Emergency Physicians, Basic Trauma Life Support : For Paramedics And Other Advanced Providers, Brady, 2000

Berdowski J, Schmohl A, Tijssen JG, Koster RW. Time needed for a regional emergency medical system to implement resuscitation guidelines 2005–the Netherlands experience. Resuscitation. 2009;80: 1336–1341.


Jumat, 23 Desember 2011